Sejak kecil, kita terbiasa dihadapkan dengan beragam keputusan. Seperti bulan ini mau beli mainan apa, ingin jajan apa hari ini di sekolah, sampai ingin melanjutkan sekolah di mana setelah lulus dari jenjang sebelumnya. Keputusan-keputusan ini menentukan tindakan kita.

Terkadang, beberapa keputusan ada di tangan orang tua, di mana kita tinggal mengiyakan saja atau ikut bersuara agar keputusan yang keluar menguntungkan semua pihak. Semakin besar, kita semakin punya tanggung jawab penuh dalam setiap keputusan yang diambil. Misalnya, memutuskan untuk berkuliah jurusan apa dan di mana.

Selalu ada alasan yang melatarbelakangi pengambilan keputusan. Alasan tersebut adalah fakta yang meningkatkan kepercayaan kita terhadap keputusan yang dipilih. Kesenangan kita terhadap seni membuat kita ingin berkuliah di jurusan seni, atau minat yang tinggi terhadap dunia bisnis menjadi alasan kita mengambil kuliah bisnis. Dengan fakta, kita bukan cuma bisa meyakinkan diri sendiri, tapi juga orang lain yang akan sukarela menerima keputusan kita.

Ada satu kondisi di mana mengambil keputusan yang benar menjadi hal yang benar-benar penting. Yaitu saat kita mulai membangun bisnis, usaha, atau startup. Meleset sedikit, maka dampaknya besar dan merugikan. Mulai dari menciptakan produk, menentukan strategi, hingga menjangkau target pengguna produk, adalah aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dengan baik. Waktu, biaya, dan tenaga, menjadi taruhannya.

Kita sangat tertinggal jika memahami pasar hanya berdasarkan khayalan-khayalan yang kita ciptakan sendiri. Maksudnya, tidak ada fakta nyata yang mendasari tindakan yang diambil. Bertindak berdasarkan keputusan yang tidak beralasan hanya menjadi bumerang yang menyerang balik ke bisnis. Mungkin kita yakin dengan keputusan kita, tapi seberapa yakin?

Jika tetap ingin membangun bisnis berlandaskan asumsi yang idealis, memang tidak salah. Tapi, ingat bahwa pesaing di sekitar kita sedang sibuk mengumpulkan fakta agar percaya diri dengan keputusan mereka. Ingat juga bahwa laris atau tidaknya produk kita, tergantung dari strategi kita dalam memahami pasar.

Satu-satunya cara adalah mendekatkan diri dengan target konsumen. Karena media sosial kini menjadi platform mereka untuk bebas berpendapat tanpa dibatasi, maka libatkan diri kita di sana. Apa yang kita dapat dari media sosial adalah fakta yang kita butuhkan untuk mengambil keputusan terbaik. Tentunya dengan syarat, kumpulan fakta tersebut telah diolah menjadi informasi yang menghasilkan kesimpulan bermanfaat.

Sama seperti kita yang dahulu punya strategi khusus demi menaklukkan jurusan kuliah yang kita incar, kita juga harus punya strategi untuk menaklukkan pasar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.