Saya pun baru tau ketika menghadiri sebuah acaranya IBM beberapa bulan lalu, bahwa di jaman sekarang ini, porsi data terbesar di dunia bukan lagi dimiliki oleh perusahaan (hanya 20%) tapi didominasi oleh data yang ada di ruang publik, yang diposting di sosial media (80%!).
Jadi, apa yang dilakukan oleh GDILab sejak akhir tahun 2013 dengan membangun sebuah mesin analitik pintar yang kami namakan Genesis Technology, benar-benar akan bisa bermanfaat untuk banyak orang/perusahaan (brand). Maksudnya?
GDILab lewat GDIAnalytics sendiri memang dari awal fokusnya ke digital analytics. GDIAnalytics BUKAN digital (content) agency, tapi lebih tepatnya: Digital Business Intelligence agency. Mirip-mirip CIA-nya dunia digital.
Belum berumur genap 2 tahun, GDIAnalytics sudah nanganin Blue Bird Group (perusahaan taxi terbesar di Indonesia), Golds Gym Indonesia (brand fitness terbesar di dunia), Prudential (perusahaan asuransi terbesar di Indonesia), Kick Andy Show (Tv show terbaik versi KPI), dan lain-lain.
Apa yang dilakukan oleh GDIAnalytics?
Selain menganalisa akun sosmed brand, GDIAnalytics mampu untuk melakukan digital research, bukan mencari tentang sebuah brand, tapi tentang industri brand tersebut. Jadi kalau misal sebuah merek kopi X menjadi klien GDIAnalytics Business Intelligence, maka data yang di-Listen, Engage, Analyze, Predict (LEAP) bukan cuma tentang merek kopi X, tapi tentang industri kopi di Indonesia secara keseluruhan.
Bulan lalu, saya sendiri terbang ke Bangkok, Thailand untuk menandatangani MOU Kemitraan dengan sebuah perusahaan analitik besar di Thailand: Digital Associates Co., Ltd. Bentuk kerjasamanya seperti apa? GDILab akan membawa Genesis Technologi ke pasar Thailand, dan pada saat yang bersamaan, kami akan membaw ad-sound dan image-face analytic technology yang dimiliki D.A. ke Indonesia.
Jadi, kalau masih mikirnya: “Sosmed cuma untuk promosi”, Anda sudah ketinggalan jaman. Social media adalah tempat untuk brand/perusahaan mencari dan menganalisa data yang jumlahnya sangat besar, untuk dijadikan insight demi menaikkan overall business performance.
Konvensional survey dan FGD adalah metode tahun 80-an. Prosentase sistem sampling sudah dianggap tidak akurat. Bagaimana bisa 10,000 responden diambil pemikirannya untuk men-generalisasi 250,000,000 penduduk Indonesia? Dan, ketika disurvey/FGD, jawaban yang diberikan sering kali subjektif. Kok bisa? Karena orang lagi di-survey tau dia lagi disurvey. Apalagi kalau dikasih iming-iming dapet voucher belanja, misal.
Tapi, di dunia digital, Genesis Technology (mesin analitik pintar) mampu bukan menangkap sebagian tapi keseluruhan percakapan yang terjadi terhadap suatu hal yang ingin di-research. Jadi bukan prosentase sampling, dan data yang didapat jujur. Maksudnya? Di sosmed, orang dengan sukarela memposting hal yang dia pikir/rasakan saat itu, tanpa ditanya, tanpa paksaan.
Inilah kenapa, buat saya, seseorang yang passionate di Brand Management, dan praktisi di dunia brand (pernah handle Nike Indonesia, Oakley Indonesia, League, Hard Rock Cafe, Haagen Dazs, dan Young On Top), merasa bahwa semua brand/perusahaan sudah ngga bisa lagi cuekin unstructured data yang jumlahnya 80% dari total data yang ada di seluruh dunia.
Semoga tulisan ini bermanfaat. Let’s FLY with Digital Business Intelligence!
@BillyBoen
Managing Partner
GDILab
Update 2 Juni 2016:
GDIAnalytics dikembangkan dengan teknologi pintar bernama LEAP (Listen Engage Analyze Predict) Technology. LEAP Technology 100% diciptakan oleh tim engineer kami dan menjadi tulang punggung dari semua produk dan layanan kami. LEAP Technology terus kami kembangkan agar produk kami tidak hanya dapat menangkap dan memantau, namun juga memprediksi.